Rabu, 08 Juni 2011

"Badan Kurus Bukan Bearti Tak Berlemak"


Orang yang berbadan kurus belum tentu terbebas dari lemak jahat. Beberapa dokter sekarang berpendapat bahwa lemak yang ada di dalam tubuh disekitar organ-organ vital seperti jatung, liver dan pankreas adalah sama berbahayanya dengan lemak yang terlihat di tubuh bagian luar yang menonjol di bawah kulit.
"Berbadan kurus bukan berarti Anda tidak berlemak," ungkap Dr. Jimmy Bell, seorang profesor bidang penggambaran molekuler di Imperial College, London.

Sejak 1994, Dr. Bell dan timnya telah memindai lebih kurang 800 orang dengan mesin MRI untuk menemukan "pemetaan lemak" yang menunjukkan dimana letak orang menyimpan lemak di tubuhnya.

Menurut data-data yang ditemukan, orang-orang yang menjaga berat ideal tubuhnya dengan berdiet makanan namun tanpa berolahraga, cenderung memiliki timbunan lemak yang besar di dalam tubuhnya, bahkan meski mereka bertubuh langsing sekalipun. "Konsep keseluruhan tentang pengertian gemuk perlu dijelaskan ulang," ungkap Dr. Bell yang penelitiannya didanai oleh Britain's Medical Research Council (Dewan Penelitian Medis Inggris).
Tanpa adanya peringatan yang jelas, para dokter khawatir akan muncul asumsi salah dari orang-orang berbadan kurus yang merasa mereka sehat-sehat saja karena tidak kelebihan berat badan. Padahal keadaan bisa sebaliknya.
"Hanya karena mereka berbadan kurus tidak berarti mereka kebal dari bahaya penyakit diabetes atau faktor-faktor beresiko penyakit jantung," ungkap Dr. Louis Teichholz, kepala bidang kardiologi Rumah Sakit Hackensack di New Jersey, USA, yang tidak berperan serta dalam penelitian Dr. Bell.
Bahkan orang yang mempunyai skor BMI (Body Mass Index) normalpun bisa menunjukkan tingkat timbunan lemak yang mengejutkan di dalam tubuhnya. Pada para wanita yang di-scan oleh Dr. Bell dan timnya, sebanyak 45 persen dengan skor BMI yang normal ternyata memiliki tingkat lemak yang berlebih di dalam tubuhnya. Sementara untuk para pria, persentasenya mencapai 60 persen.
Berkaitan dengan istilah yang disebut Dr. Bell sebagai "thin outside, fat inside (TOFI)" (kurus di luar, gemuk di dalam), hasilnya benar-benar mengejutkan. "Semakin kurus orangnya justru hasilnya semakin mengejutkan," ungkapnya berkaitan dengan penemuan TOFI pada responden para model profesional yang bertubuh sangat kurus dan langsing.
Menurut Dr. Bell, orang-orang yang berlemak dalam organ-organ tubuhnya dapat berpotensi menjadi gemuk. Mereka terlalu banyak mengkonsumsi lemak, makanan berkadar gula tinggi dan jarang berolahraga. Tetapi mereka tidak makan terlalu banyak. Para ilmuwan meyakini bahwa kita secara alami menimbun lemak pada perut, tetapi pada kondisi tertentu, tubuh mulai menimbunnya di mana saja. Kebanyakan orang juga meyakini bahwa berbobot tubuh normal adalah indikator kesehatan yang baik. Apalagi skor BMI dianggap sebagai acuan ukuran yang dapat diandalkan.
"BMI tidak akan mengindikasikan letak lemak secara persis, tetapi lebih merupakan alat ukur tubuh secara klinis," kata Dr. Toni Steer, ahli nutrisi dari Dewan Penelitian Medis Inggris.
Para dokter tidak yakin secara persis akan bahaya timbunan lemak di dalam organ tubuh, tetapi sebagian dari mereka menduga kondisi tersebut dapat terkait dengan bahaya penyakit diabetes dan jantung. Teori mereka adalah lemak di dalam organ tubuh dapat mengganggu sistem kerja tubuh secara keseluruhan. Lemak yang menyelubungi organ internal dapat mengirimkan sinyal kimiawi yang salah untuk menimbun lemak dalam organ-organ seperti di liver atau pankreas. Kondisi ini pada akhirnya beresiko akan gangguan insulin, diabetes tipe 2 atau penyakit jantung.
Para ahli telah mengetahui bahwa orang-orang bertubuh gemuk yang aktif diketahui lebih sehat daripada mereka yang bertubuh lebih kurus namun kurang aktif. "Mereka yang berbobot normal namun kurang aktif dan fit beresiko lebih besar terhadap penyakit daripada mereka yang gemuk namun tetap aktif dan fit," kata Dr. Steven Blair, seorang ahli obesitas dari University of South Carolina, USA.
"Sebagai contoh mudahnya, seorang pegulat sumo yang gemuk memiliki riwayat metabolisme lebih baik daripada para penontonnya yang langsing dan hanya duduk diam menonton," tambah Dr. Blair. Hal itu karena lemak pada para pegulat itu umumnya tertimbun di bawah kulit dan tidak menyelubungi organ vital dan otot-otot mereka.
Namun kabar baiknya adalah lemak dalam organ tubuh dapat dibakar dengan berolahraga atau bahkan dengan memperbaiki cara diet Anda. "Meskipun tidak terlihat secara langsung, namun olahraga fisik dan pengaturan kalori dapat berpengaruh besar terhadap lemak internal," kata Dr. Bob Ross, seorang ahli obesitas dari Queen's University di Kanada.
Namun karena banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap resiko penyakit jantung, Dr. Teichholz menyatakan sangat sulit untuk memastikan secara akurat akan bahaya dari timbunan lemak internal. "Obesitas merupakan salah satu faktor resikonya, namun masih tergolong rendah," tambahnya sambil mencontohkan bahwa riwayat penyakit di keluarga, tingkat kolesterol dan tingkat tekanan darah merupakan faktor yang lebih menentukan daripada lemak internal dan eksternal.
Kesimpulannya, kalau Anda ingin fit dan sehat, Dr. Bell menyarankan, "Jika Anda ingin terlihat kurus dan langsing, maka cukuplah berdiet saja. Tetapi jika Anda ingin benar-benar sehat, maka berolahraga harus menjadi bagian penting dari gaya hidup Anda."

"Overheating(Overtraining)&Dehidrasi Saat Gym"


Untuk alasan mempertajam sixpack, tak heran bila banyak pria/wanita menghabiskan waktunya berlari di treadmill atau pun mengikuti kelas kardio. Namun, tahu kah Anda, melakukan olah raga cardio dapat meningkatkan resiko overheat pada tubuh Anda?

Overheating

Ketika berolah raga terutama latihan kardio (berlari, bersepeda, dsb) tubuh Anda akan membakar kalori cukup banyak. Pembakaran kalori ini akan digunakan untuk mensuplai energy gerak yang dilakukan oleh tubuh Anda, dan sebagian akan menghasilkan panas yang dapat dideteksi dengan peningkatan suhu tubuh selama berlatih. Semakin keras Anda berlatih, akan semakin banyak panas yang dihasilkan dan dengan demikian dapat mengakibatkan overheat pada tubuh Anda.

Kabar baiknya, tubuh kita memiliki sistem yang secara alami dapat mempertahankan suhu tubuh, yaitu mekanisme keluarnya keringat. Ketika panas yang dihasilkan tubuh mulai mengakibatkan peningkatan suhu yang terlalu tinggi, keringat akan menyerap panas tersebut, sehingga suhu tubuh Anda tetap stabil. Kecepatan keluarnya keringat akan semakin tinggi seiring dengan meningkatnya intensitas olahraga Anda, dan juga secara tidak langsung dipengaruhi oleh suhu lingkungan, kelembapan, training status, dan juga jenis pakaian yang Anda gunakan2,3.

Dehidrasi

Dehidrasi adalah kehilangan cairan tubuh dalam jumlah yang sangat banyak. Salah satu penyebab terjadinya dehidrasi adalah keluarnya keringat yang berlebihan. Ketika sedang beraktivitas atau berolah raga jumlah keringat yang Anda keluarkan umumnya mencapai sekitar 1 liter/jam. Dehidrasi yang berlebihan akan mengakibatkan banyak gangguan bagi fungsi tubuh Anda, menginat bahwa 60% komponen tubuh Anda adalah air.

Terganggunya fungsi tubuh ini antara lain meningkatnya hormone stress Anda, meningkatnya pemecahan glikogen pada liver dan otot1 (yang merupakan cadangan energy Anda) dan terganggunya suplai oksigen ke sel – sel otot Anda yang dengan demikian akan menurunkan level energi Anda ketika latihan. Tidak lucu kan, kalau latihan Anda menjadi tidak optimal hanya karena dehidrasi?

Oleh karena itu, Anda disarankan melakukan rehidrasi yang cukup untuk mengembalikan cairan tubuh Anda.

1. Sebelum latihan

Anda dianjurkan untuk minum sekitar 400-600 mL air kira-kira 20 menit sebelum berolahraga (2). Selain itu, konsumsi air sebelum latihan membantu menjaga jumlah cairan yang ada dalam tubuh, karena ketika berolah raga keringat dapat keluar sampai dengan 2 liter/jam sedangkan laju penyerapan air dilambung adalah 1 liter per jam.

2. Saat latihan

Konsumsi air selama berolahraga tetap diperlukan, walaupun sebelum olahraga Anda sudah minum. Studi menunjukkan, olah raga tanpa rehidrasi dapat menyebabkan terjadinya peningkatan suhu tubuh terus berlangsung sampai pada tahap yang membahayakan.

3. Sesudah latihan

Rasa haus bukan merupakan indikator yang baik untuk kebutuhan cairan seseorang. Kehilangan cairan karena aktivitas fisik bisa diketahui dengan menimbang sebelum dan sesudah berolahraga. Jika terjadi penurunan berat tubuh yang signifikan setelah berolah raga Anda dianjurkan untuk mengkonsumsi cukup air.

Cara yang lain adalah dengan memperhatikan warna urine secara visual, jika urine berwarna jernih dan tidak berbau artinya proses rehidrasi sudah cukup dilakukan dan jika warna urine masih pekat, perlu dilakukan rehidrasi tambahan

"Cedera Olahraga&Cara Mengatasinya"


Belakangan ini kesadaran akan pentingnya olah raga meningkat pesat. Fenomena ini dapat dilihat dengan bermunculannya pusat kebugaran di berbagai tempat strategis, seperti mal dan perkantoran. Cukup menggembirakan memang, mengingat betapa pentingnya olah raga untuk meningkatkan kesehatan. Namun sayangnya meningkatnya minat olah raga tersebut tidak disertai pengetahuan mengenai pencegahan cedera yang sangat mungkin terjadi saat berolah raga. Bahkan banyak pelaku olah raga tidak menyadari bahwa dirinya telah mengalami cedera. Beberapa penderita mengalami nyeri otot berkepanjangan yang menyebabkan terganggunya fungsi tubuh, misalnya nyeri otot paha belakang yang menyebabkan seseorang berjalan terpincang pincang, atau tidak dapat naik turun tangga karena nyeri. Maka dari itu kami merasa penting untuk melakukan sosialisasi mengenai pencegahan dan penanganan cedera olah raga yang tepat.
Bagaimana mencegah cedera olah raga?

Lakukan aktivitas peregangan sebelum dilakukan olah raga, terutama pada otot yang akan banyak bekerja pada jenis olah raga tertentu.
Lakukan teknik olah raga yang benar, misalnya pada tennis; gunakan raket yang sesuai dengan besar tangan anda, pada golf; lakukan gerakan mengayun dengan teknik yang benar, dan masih banyak ciri khas tiap jenis olah raga yang wajib dicermati sebelum dilakukan.
Gunakan perlengkapan yang diperlukan dengan benar, antara lain; sarung tangan yang tepat, sepatu yang sesuai untuk jenis olah raga, baju olah raga yang nyaman dan mampu menyerap keringat.
Sebaiknya tidak melakukan olah raga yang belum pernah dilakukan sebelumnya, dengan intensitas langsung berat dan dalam waktu lama.
Lakukan aktivitas peregangan kembali sesudah melakukan aktivitas olah raga.

Bagaimana mengenali terjadinya cedera olah raga?


Pasca olah raga sering terjadi nyeri otot normal yang dapat timbul segera setelah olah raga, atau 1-2 hari kemudian. Dalam keadaan normal, nyeri tersebut akan hilang sendiri dalam waktu kurang dari 7 hari. Namun pada pada cedera olah raga akan timbul nyeri berkepanjangan, yang jika dibiarkan akan menyebabkan gangguan fungsi gerak tubuh.

Apa saja jenis cedera olah raga?

Cedera tulang

Contoh: patah tulang kering atau tulang telapak kaki pada pelari jarak jauh, disebut juga fatigue fracture.


Cedera otot
Contoh: robekan otot yang sering terjadi pada otot paha bagian depan (sering terjadi pada sepak bola), atau otot betis (sering terjadi pada tennis)


Cedera sendi
Contoh: pengikat sendi (ligamen) yang teregang berlebihan atau bahkan putus yang mengakibatkan sendi yang terkena menjadi tidak stabil
Apa yang harus dilakukan bila terjadi cedera olah raga?

Pertolongan pertama pada cedera olah raga bertujuan untuk meminimalkan pembengkakan jaringan, dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Kompres es pada area yang cedera selama 15-20 menit (jangan lebih), dapat diulang 3-4x/hari.

Membalut area yang cedera dengan bahan yang elastis, seperti elastic verband

Posisikan area yang cedera lebih tinggi dari letak jantung

Istirahatkan bagian tubuh yang cedera untuk sementara

Hubungi dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi/Spesialis Ortopedi terdekat.

"Minum Air Es Setelah Makan Membuat Perut Anda Buncit"


Banyak orang memiliki kebiasaan minum air es atau minuman dingin lainnya setelah makan. Memang rasanya nikmat dan menyegarkan. Namun, kebiasaan ini jika sering dilakukan akan menyebabkan bentuk tubuh Anda berubah. Perut Anda akan semakin buncit. Mengapa?

Minum minuman dingin setelah makan dapat menyebabkan perut membuncit akibat timbunan lemak. Hal ini karena minyak dan lemak yang baru dimakan akan menggumpal akibat air yang dingin. Gumpalan akan menyebabkan proses pencernaan terhambat dan akan lebih cepat diserap oleh usus.

Karena itu, biasakan minum air pada suhu normal atau air hangat setelah makan.